Jembatan Gantung Bangkirai (Canopy Bridge) merupakan jembatan gantung yang berada di kawasan wisata Bukit Bangkirai, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Jembatan ini menghubungkan 5 pohon bangkirai pada ketinggian 30 meter. Pohon Bangkirai yang tumbuh disekitar jembatan ini telah berusia puluhan hingga ratusan tahun lamanya.
Melewati jembatan ini, tentu akan memacu adrenalin siapa saja, sebab jembatan yang terbuat dari kayu tersebut dapat bergoyang pada ketinggian dengan hembusan angin yang begitu terasa. Inilah dia tantangan melewati jembatan ini, jembatan akan bergoyang-goyang mengiringi perjalanan di atas titian sampai sejauh 64 meter.
Tak sedikit drama jeritan para pengunjung yang ketakutan melewati jembatan tajuk pertama di Indonesia ini. Namun, jembatan gantung ini akan ditutup jika kecepatan angin melebihi 30 mil/jam atau cuaca sedang buruk. Konstruksi jembatan yang dibuat di Amerika Serikat pada Januari 1998 ini mampu bertahan selama 20-25 tahun.
Padatnya antrian di hari libur, maka pengunjung wajib bersabar, dan tak diperbolehkan beramai-ramai untuk melewatinya. Mulai dari pos keberangkatan hingga pos terakhir pengunjung akan merasakan sensasi berjalan diatas ketinggian 30 meter dengan pemandangan yang indah. Seketika, tentu tantangan yang menakutkan tersebut berubah menjadi suatu keseruan.
Jembatan Gantung Bukit Bangkirai
Panorama di ketinggian itu sangat indah. Pohon meliuk hingga langit biru bersih. Konon kalau beruntung, pengunjung bisa melihat Burung Enggang terbang melintasi Canopy Bridge. Begitu juga Lutung Merah yang hinggap berloncatan di pohon-pohon besar.
Jembatan gantung Bukit Bangkirai dibuka untuk umum, baik untuk wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Biaya masuknya sebesar Rp 15.000, sementara wisatawan asing harus membayar Rp 30.000.
Lokasi Jembatan Bangkirai

Jembatan Gantung Bangkirai terletak sekitar 114 km dari kota Tenggarong atau 58 km dari kota Balikpapan. Jembatan ini berada di kawasan wisata alam yang memiliki luas 1.500 hektare.
Sekalipun jauh dan badan jalan banyak yang rusak, tetap saja saban akhir pekan atau libur tanggal merah, kawasan hutan hujan tropis ini menjadi objek yang diminati wisatawan lokal maupun mancanegara. Kabarnya, 700 pengunjung di hari libur, terutama hari raya, bahkan bisa ribuan orang yang berkunjung kesana.